Wednesday, July 13, 2016

Jomblo Garis Lurus vs Jomblo Garis Keras

Sebuah berita di Tempo.co senin 26 Oktober 2015 membuatku ingin tertawa sepuas-puasnya. Dari judulnya saja aku sudah tak tahan ingin membuka link yang berwarna biru muda itu, “Inikah 72 Perawan yang Diidamkan Para Pembom Bunuh Diri?” sambil menerka-nerka, kemungkinan besar manusia yang dibicarakan dalam berita itu adalah jomblo. Loh, kok anda bisa setendensius itu? Yah..bukankah cuma jomblo yang punya pikiran sependek itu? Lebih spesifiknya, jomblo garis keras.
Betul saja perkiraanku. Diceritakan dalam berita itu, seorang pemuda, yang adalah calon pembom bunuh diri, ditanya apakah ia ingin menikah, pemuda tersebut dengan tegas menjawab, “Tidak, 72 perawan sudah menunggu saya di surga. Jadi, mengapa saya harus memilih hanya satu wanita di sini (dunia)?” Benar-benar ia seorang jomblo garis keras yang sangat istiqamah mendapatkan cinta khayalinya. Yah, bukankah ia sedang berkhayal? Malah, khayalannya jauh lebih hebat dari seorang jomblo biasa yang mengkhayalkan ada seorang wanita yang mengajaknya makan bakso di malam minggu.

Jomblo jenis ini adalah tipe yang ga sabaran. Bahkan, terlihat rakus. Tak seperti kaum jomblo pada umumnya, sebut saja jomblo garis lurus, yang sangat sabar menghadapi para pemuja cinta dengan segala hinaan dan bully-annya. Jomblo garis lurus akan terus menunggu jodohnya hingga kapanpun, mau ia perawan atau janda, ia tetap bersyukur. Sedangkan, jomblo garis keras ini memang keterlaluan. Sudah tak mau mensyukuri nikmat nyawa yang ada dalam badan, ia pun maunya yang perawan, dan masyaAllah jumlahnya tak tanggung-tanggung, 72 perawan.

Sebagai aktivis jomblo, yang terus berjuang menegakkan Hak Asasi Kaum Jomblo, aku sangat perihatin. Aku sudah mencari latar belakang merebaknya spesies jomblo garis keras ini. Aku temuakan dalam sebuah kitab hadits, tepatnya dalam Musnad Ahmad bin Hanbal, Rasulullah saw bersabda:

“Orang yang mati syahid mempunyai 7 karunia di sisi Allah, yaitu: Ia diampuni pada waktu tetesan darah yang pertama, ia dapat melihat kedudukannya di surga, ia dihiasi dengan pakaian keimanan, ia dijodohkan dengan 72 istri dari bidadari yang cantik jelita, ia lindungi dari azab kubur dan diamankan dari rasa takut yang paling besar dan dipakaikan pada kepalanya mahkota kehormatan, satu mutiara darinya lebih baik daripada dunia dan dari apa yang ada di dalamnya serta ia dapat memberikan syafaat kepada 70 orang dari ahli keluarganya.”

Rupanya ini, latar belakang masifnya gerakan jomblo garis keras. Jomblo memang sasaran empuk untuk diiming-imingi semacam 72 perawan siap menunggu di surga. Sebab jomblo adalah jenis manusia yang paling rapuh saat digoda dengan wanita, wanita yang menerimanya apa adanya. Apalagi yang menunggunya adalah bidadari, tak terbayang cantiknya seperti apa, bisa saja seperti Raisa.

Aku tak hendak berprasangka buruk tentang orang yang mati syahid di jalan Allah. Aku cuma hendak bermatematika, sebab angka adalah salah satu motivasi seseorang menjadi shalih. Semacam 27 kali lebih baik dari, atau setiap huruf bernilai satu, atau 72 bidadari, atau, atau, dan terlalu banyak angka untuk menilai suatu amalan. Itulah sebabnya aku mau hitung-hitungan untuk mencari keadilan kepada Tuhan tentang nasib kedua jenis jomblo ini.

Bukankah anda tahu bersama, betapa hebatnya perjuangan jomblo garis lurus. Mereka rutin terima bully-an, cacian, hingga hinaan tiap malam minggu di berbagai social-media. Mereka harus bersabar menerima kenyataan ini. Bukankah umat Islam awalin sering dicaci dan dihina sebab menerima ajaran Islam? Dan mereka bersabar menghadapi kenyataan ini. Mereka tetap istiqamah memegang kebenaran yang terasa pahit ini. Tapi itulah kebenaran, pahit tapi menyehatkan.

Jomblo garis lurus selalu mengamalkan pepatah ini, “Man ta’awwada afkhaza an-nisa’ lam yaflah” artinya “Orang yang sibuk dengan wanita tidak akan beruntung”. Pepatah ini khusus untuk para jomblo yang tengah menjalani masa pendidikan. Bukankah kewajiban tiap muslim adalah menuntut ilmu? Jangan sampai kegandrungan akan ilmu terhambat gara-gara wanita. Itulah sebabnya, jomblo garis lurus memantaskan dirinya dengan menuntut ilmu.

Dan bagi jomblo garis lurus, menikahi satu istri, mau ia cantik atau tidak, perawan yah syukur-syukur, adalah suatu rahmat yang patut disyukuri. Bagi kami, nilai satu sudah cukup ketimbang tujuh puluh dua. Sebab, satupun tak tahu kapan habisnya, apalagi angka tujuh puluh dua. Dan bagi kami, cukupkah di dunia ini kami menikmati mati apa itu menikah, punya pacar yang sah. Urusan bidadari di surga sana, itu bahasan yang banyak manusia berdebat tentangnya.

Kalau boleh aku bermatematika dengan-Mu Tuhan, manakah amalan dari kedua jenis jomblo ini yang banyak memperoleh pahala? Jomblo yang mati muda atau jomblo yang menjalani tiap detik kehidupannya di dunia, dengan segala macam cobaannya? Kalau Engkau memilih kami, berarti ada masalah dengan makhluk-Mu yang dungu itu, yang mengimpikan surga dengan cara yang instan.

Mungkin mereka mengira mie instan itu menyehatkan. Sepertinya mereka tidak pernah belajar dari kehidupan anak kos di akhir bulan.




No comments:

Post a Comment